Minggu, 13 Maret 2011
kehidupan yang kasar
Waktu itu aku sedang menikmati keramaian sore hari selepas kerja. Ada banyak anak berseragam SMA nongkrong dipinggiran jalan.. bercanda dengan teman sebelahnya. Di perempatan dekat rumahku, ada anak-anak jalanan sedang sibuk berlatih nyanyian terbaru.. lagu peterpan, radja, slank, dewa.. macam-macam .. kadang aku malah asing dengan syairnya. Anak-anak itu, masa depan bangsa tapi mereka tidak pernah menikmati masanya sendiri. Ah, mungkin aku terlalu berlebihan. Sapa tahu, mereka bahagia dengan keadaannya saat ini, siapa yang tahu???Tiba-tiba ada seorang ibu mengendong bayinya, berjalan kearah kerumunan itu sambil berteriak-teriak. Aku gak jelas, apa yang dia ucapkan.. lalu dengan seketika anak-anak jalanan itu serentak membubarkan diri berlarian tak tentu arah. Seorang anak, laki-laki sekitar 8 tahun kudapati sedang menangis kencang dengan kuping kanannya dijewer sang ibu. Hatiku marah, apa salah anak itu? Haruskah kekerasan fisik itu terjadi? Dia kan hanya berlatih menyanyi?OOOOh..... ternyata, sang ibu marah besar karena anak laki-laki itu seharusnya sudah berangkat mengamen. Mengamen>???Iya, mengamen.. bukan sekolah!!Masyaallah......anak sekecil itu harus kerja keras??? Kakiku, entah awalnya bagaimana..tiba-tiba berjalan mengikuti kemana arah anak laki-laki itu. Naik bus. Dia naik bus kota. Huuup.. aku buru-buru meloncat, naik ke dalam bus yang ditumpangi pengamen kecil itu. Jreng....jreng.. gitarnya fals..ya ampun ... bagaimana bisa enak di kuping??? Jujurlah padaku, bila kau tak lagi cinta, tinggalkanlah aku, bila tak ingin bersama.........Huwaaaaahhh.......!!! pekak telingaku dan kurasa seisi bus juga merasakan penyiksaan yang luar biasa pada gendang telinga mereka. Tapi anak itu, cuek. Dia gak pedulikan sekitarnya... Dia terus menyanyi dan berharap akan mendapatkan uang yang lumayan. Halte berikutnya, huuuup...!!! sigap juga dia melompat dari bus.. dan aku... huup....!! tepat dibelakangnya. mengikuti dia, menyeberang jalan. Dasar, anak-anak... nyebrang pun asal-asalan.. Lalu dari arah timur, melaju bus yang akan membawaku kembali ke perempatan dekat rumahku. Kutinggalkan dia, disana. Sendiri. EEh... dia tidak sendiri. Muncul segerombolan anak laki-laki seusianya, malah ada anak perempuannya juga. Tapi, nampaknya dia lebih besar dari anak laki-laki itu. Mereka tampak ceria, tertawa, saling dorong, bercanda layaknya anak-anak yang lain. Padahal dipundak mereka, beban itu tidaklah ringan. Anak-anak itu. Masa depan bangsaku. Tapi, siapa yang peduli????
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar